Hari ini aku benar-benar memeluk agama islam,dengan meyakini
sepenuh hati bahwa agama ini dan Alquran sebagai kendaraanku untuk berinteraksi
dengan Tuhan, manusia dan alam. Aku terlahir sebagai perempuan dan dibesarkan
dalam keluarga muslim, sebagai anak aku hanya menerima doktrin dan ajaran ini
sebagai bentuk kepatuhan yang tidak berpengetahuan. Beranjak dewasa dan Semakin
jauh pemikiran ini menangkap realitas, semakin banyak
konsepsi ketuhanan yang menawarkan kebajikan, membuatku sering berbenturan dan
bahkan pernah terjajah oleh paradigma keliru.
Kekeliruanku tentang konsepsi
yang benar mengenai alam semesta, membiarkanku pada sebuah gagasan bahwa
manusia memang sudah digariskan nasibnya untuk kebingungan dan salah, sama
seperti cerita dan konsepsi kedurhakaan yang dilakukan adam karena rayuan
seorang wanita untuk memakan buah khaldun.
Dan yah, aku ini wanita, dan konsepsi wanita adalah
sipemuas pencari keindahan dan posisi idealnya adalah diranah domestik,
membuatku menjauh dan berfikir keliru tentang konsepsi wanita yang ditawarkan
kebanyakan agama dan bahkan agamaku saat ini. walaupun aku manusia namun tetap
realitas gender, diskriminasi dan inferioritas telah menawan pemikiran dan
tubuh ini pada suatu kesetujuan diranah pemikiran yang keliru.
Dari konsepsi inilah aku menahkodai
akalku untuk berfikir dan menarik kesimpulan. Karna menurut Alquran berfikir
merupakan bagian dari ibadah, maka aku tidak mau mempercayai ajaran doktrinal
agama yang diberikn orangtuaku ini bukan dari hasil berpikir yang benar. Hingga Aku semakin terombang ambing dalam sangkaan
dan persangkaanku terhadap Tuhan, sama seperti descartes yang baru menganggap
sesuatu itu sebagai realitas ketika itu sudah jelas baginya.
tak bisa aku pungkiri bahwa memang kecenderungan alamiah manusia adalah cepat
menerima gagasan/kepercayaan yang sudah diterima oleh generasi sebelumnya,
tanpa memikirkannya lebih jauh. Sehingga ketika aku mulai memilih berpikir
independen dan tidak menerima apapun tnpa menilai dengan seksama, hal itu menjadikan aku
dianggap tak sama rumit dan idealis. Namun kerumitan ini coba ak jawab dengan
firman Tuhan melalui surat pertamanya Al.alaq.
Disitu Tuhan menyerukan untuk
iqra atau baca, dan baca disni aku yakini sebagai seruannya untuk kita manusia
berfikir. Membaca dan menangkap berbagai macam realitas yang bertebaran didunia
berkat upaya kolektif manusia selama berabad-abad, yang dihimpun dikembangkan
serta mengalami proses dan sistematisasi, yang melahirkan sebuah informasi yang
kita kenal sebagai "ilmu pengetahuan".
Ilmu pengetahuan inilah yang membedakan kita
manusia dengan binatang, walaupun binatang pada umumnya memiliki kemampuan
melihat dan mengenal dirinya sendiri dan dunia sekitarnya,atau bahkan mereka
mampu menggunakan pengetahuannya itu untuk mendapatkan apa yang diinginkannya,
namun tetap saja,dimensi keinginan dan kecenderungan dalam eksistensi binatang ada
batasnya, begitu pula dimensi pengetahuannya.
Berdasar pada sudut pandang ini aku meyakini bahwa
manusia memiliki wewenang yang luas dan tinggi terhadap keinginan,
kecenderungan, pandangan serta informasi dibidang pengetahuan. Berbekal ilmu
ini lah qt manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi sebelum kita lahir,
sejarah manusia, sejarah bumi, langit, gunung sungai dan organisme hidup. Yang
menjadi pemikiran manusia bukan saja sebuah masa depan yang jauh, namun juga hal yang
tak terhingga dan abadi.
Perbandingan diatas telah menjadi pijakanku
meyimpulkan secara mendasar perbedaan manusia dengan binatang yaitu pengetahuan
dan agama tentunya. Pengetahuan dan agama merupakan dasar dari ras
manusia dan ras manusia ini bergantung pada pengetahuan dan agama. Karna jika
dinilai dari sudut pandang keinginan dan hasrat, kita tak lebih daripada
binatang. Walaupun ketika harus disejajarkan dengan binatang aku tetap
menginginkan sebagai binatang yang berpandangan kedepan, suka ketertiban
sosial, romantis, intuitif dan penikmat keindahan serta keadilan. yah walaupun pernyataanku tadi konyol,tapi terlihat jelas bahwa aku tidak ingin disamakan dengan binatang, karna aku
berfikir, mencintai ketertiban, keindahanan dan pengetahuan. Berbeda halnya
dengan binatang, namun harus aku iyakan bahwa masi banyak manusia yang belum
sadar akan tanggung jawab eksistensi dan realitasnya hadir didunia ini. Dibumi
yang konon katanya bulat ini. sehingga banyak manusia yang hidup layaknya binatang.
Sifat-sifat kebinatangan atau hewaniah manusia ini semakin jelas dengan hadirnya paham kapitalisme yang aku namai sebagai
ketamakan global, sebagai bukti bahwa perang dunia, bom nuklir, penjajahan,
kecurangan, pembunuhan, pembantaian, eksploitasi alam dan manusia sebagai
perwujudan bahwa banyak manusia telah kalah oleh hasrat dan keinginan
hewaniahnya, untuk menpertahankan eksistensinya, untuk meninggikan derajatnya
dan untuk memperkaya dirinya tnpa memikirkan sisi-sisi manusiawinya.
Mengingat fakta sejarah kondisi manusia terdahulu bahkan
hingga saat ini membuatku ingin berkontribusi melalui tulisan sederhana ini, sebuah gagasan mendasar untuk manusia yang tak lebih sebagai organisme material
belaka menjadi substansi spiritual. Aku memiliki mimpi dan berkeyakinan bahwa
manusia masa depan adalah manusia budaya bukan manusia ekonomi, manusia agama,
akidah dan ideologi, bukan sekedar manusia yang hanya mengejar kenikmatan jasmani.
Karna yang menentukan tujuan akhir kita sebagai
manusia adalah evolusi budaya dan realitas kita sebagai manusia, bukan sekedar
evolusi alat-alat produksi. Sisi manusiawi kita adalah independen dan bukan
sekedar cermin kehidupan hewani kita. Dan ilmu pengetahuan serta agama merupakan
dua bagian pokok dari sisi manusiawi manusia.
Ilmu pengetahuanlah yang memberikan kepada manusia cahaya
dan kekuatan, lalu agama memberi manusia cinta, harapan dan kehangatan.
Ilmu pengetahuanlah yang membantu menciptakan peralatan dan
mempercepat laju kemajuan, lalu agama menetapkan maksud manusia sekaligus
mengarahkan upaya dari maksud tersebut.
Ilmu pengetahuan juga menjadikan dunia ini dunia
manusia, kemudian agama menjadikan kehidupan sebagai kehidupan manusia.
Ilmu pengetahuan itu indah begitu pula agama, ilmu
pengetahuan memperindah akal dan pikiran, sedangkan agama memperindah jiwa dan perasaan.
Ilmu pengetahuan telah melindungi manusia terhadap penyakit, banjir, gempa bumi dan
badai, lalu agamalah yang melindungi manusia terhadap keresahan, kesepian, rasa tidak aman
dan pikiran picik. Dengan ilmu pengetahuan inilah aku terdorong untuk menulis dengan bahagia dan dengan semangat agama yang penuh kebajikan, aku belajar menebar kebaikan. Hal ini yang menjadikan agama buatku menarik
perhatian, ketika coba aku selami dan pelajari bersama ilmu pengetahuan.
Menurutku, agama memang harus dipahami dengan
memerhatikan ilmu pengetahuan, sehingga tidak terjadi pembauran agama dan
mitos. Karna Agama tanpa ilmu pengetahuan, berakhir dengan kemandekan dan
prasangka buta, yang menjadikan agama sebagai alat orang- orang pandai munafik.
Sedangkan ilmu pengetahuan tanpa agama, adalah seperti sebilah pedang tajam
ditangan pemabuk yang kejam.
Aku merasa bahwa keyakinan dan semangat religius
bukan saja menetapkanku sejumlah tugas, salah satunya tugas menuangkan
pemikiran baik dan buah tutur kata baik pada setiap perkataan dan tindakanku, namun juga
mengubah pandanganku tentang dunia. aku pun berharap semoga idealisasiku tidak akan
sampai melewati batas fantasi.
Tulisan ini hanya satu dari sekian banyak hal kecil yang aku pertanyakan dan fikirkan, namun melalui tulisan inilah rasa percayaku akan kasih sayang Tuhan hadir, sehingga dengan semangat aku bisa katakan bahwa tulisan ini adalah tentang kembalinya
rasa percaya diriku kepada dunia, dan hilangnya rasa tidak percaya aku
kepada perilaku dunia.
Hanifah,
Saturday jan 10th, 2015